Renungan Harian 17 Mei 2024

“Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja;”

Daniel 1:8a

Ada dua kata kunci dalam ayat ini: “berketetapan” dan “najis”. Asal kata “berketetapan” adalah labe yang berarti hati atau inner man atau spiritualitas seseorang. Ayat ini jelas menggambarkan kematangan kerohanian Daniel yang sesungguhnya. Kata kunci kedua memperjelas kesimpulan ini. Yang lebih menarik adalah bahwa obyek yang bisa menajiskan Daniel adalah makanan Raja Babilon yang sangat menggiurkan. Makan makanan itu memberi tiga keuntungan sekaligus: kepuasan lidah, kepuasan jiwa saat menikmatinya, dan kehormatan status yang telah menikmati hidangan raja yang terhormat. Apakah pilihan Daniel?

Daniel jelas memilih untuk mengabaikan tiga keuntungan yang dia dapatkan jika Daniel memakan makanan raja. Tidak perduli seberapa menguntungkannya, kematangan kerohaniannya membuat Daniel berketetapan bulat untuk menolak makanan raja. Mata hati Daniel tidak bergeming dari kekudusan yang harusnya dia pertahankan. Dia juga dengan jelas bahwa tawaran yang sesungguhnya ditawarkan kepadanya adalah kecemaran yang dibungkus dengan kenikmatan dan kehormatan dunia. Apakah kerohanian kita sudah sanggup tidak bergeming untuk tidak mengizinkan kecemaran itu masuk dalam hidup kita?

-agw-